Perhutani Forestry Institute terima kunjungan dari Peneliti Universitas Gajah Mada beserta Peneliti dari Japan International Research Center for Agricultural Sciences (JIRCAS) dan Japan Internasional Cooperation Agency (JICA)

CEPU, PERHUTANI (01/11/2024) Perhutani Forestry Institute (PeFI) menerima kunjungan “Fieldtrip : The Project for Strengthening Tropical Forest Resilience Based on Management and Utilization of Genetic Resources Capable of Climate Change Adaption” dari jajaran peneliti Universitas Gajah Mada (UGM), Japan International Research Center for Agricultural Sciences (JIRCAS) dan Japan Internasional Cooperation Agency (JICA). Departemen Riset & Inovasi, PeFI. (31/10).

Kunjungan tersebut, dihadiri oleh Wakil Kepala Perhutani Forestry Institute, Kepala Departemen Riset & Inovasi PeFI, Peneliti Jati PeFI, Kepala Seksi PSDH KPH Ngawi dan tim, beserta Peneliti dari Universitas Gajah Mada, Japan International Research Center for Agricultural Sciences (JIRCAS) dan Japan Internasional Cooperation Agency (JICA).

Tujuan dari kunjungan tersebut adalah untuk mengamati progres penelitian progeny test tahun tanam 1998 yang telah dilaksanakan evaluasi dengan parameter genetic berdasarkan kriteria tinggi, diameter, molekuler, dan klorofil antar individu. Pada pelaksanaannya, kunjungan diawali dengan mendatangi Persemaian Tanaman Jati yang berlokasi di RPH Kenteng, BKPH Walikukun, KPH Ngawi, kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi lokasi Plot Jati Plus Perhutani (JPP) pada Petak 46A, RPH Sidowayah, BKPH Kedunggalar, KPH Ngawi.

Wakil Kepala Perhutani Forestry Institute, Achmad Basuki memberikan sambutan dan respon positif terhadap pelaksanaan kunjungan tersebut. Ia berharap semoga kedepannya mampu terjalin kerjasama yang sinergis terutama dalam hal perkembangan riset & inovasi dalam bidang kehutanan di Indonesia.

Sementara itu, Prof. Widiyatno selaku Perwakilan Peneliti dari Universitas Gajah Mada turut mengungkapkan bahwa kegiatan kali ini memang khusus ditujukan untuk melaksanakan pengamatan pada clonal forestry terutama terhadap perbedaan kandungan gas metana antara tanaman dari stek pucuk dan benih. “Harapan kami kedepannya, semoga kedepannya akan ada proses seleksi jati yang mampu mendeteksi pertumbuhan dan kualitas kayu terhadap tanaman uji yang memiliki usia muda atau bahkan dari persemaian. Sehingga mampu terbentuk pengembangan tanaman hutan yang memiliki kadar emisi yang minim.” Ungkapnya. (KOM-PHT/PeFI/Rb)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *